Pasar Valuta Asing Kelebihan Permintaan
Perbankan mulai selektif meluncurkan kredit valuta asing akibat ketatnya likuiditas. Bank Indonesia juga mengakui secara struktur , pasar valas mengalami kelebihan permintaan.
Direktur riset dan kebijakan moneter Perry Wirjiyo menyebutkan, permintaan valas lebih tinggi dibandingkan supplaynya. “ saat ada tekanan pasar Valas, ada ketidakseimbangan” menurutnya di Jakarta.
Untuk mengukur likuiditas Valas, dewvisa netto tidak boleh melebihi 20% dari modal bank . Per 23 November 2011, rata- rata devisa netto sebesar 2,7% dari modal. Sementara untuk liquiditas rupiah, BI yakin masih sangat longgar. Jumlah alat liquid yang dimiliki bank masih cukup besar. Alat Liquid itu berupa giro Bank sebesar RP 195,5 Trilyun, ditambah beberapa instrumen keuangan yang ditempatkan di BI sebesar RP 310,5 trilyun, ditambasurat utang negara besar RP 268,3 Trilyun.
“ Secara keseluruhan, alat likuid berupa asset yang bisa digunakan untuk ekspansi kredit dan sebagainya berjumlah RP 774,3 Trilyun. Jmlah in sant besar menutut Perry.
Beberapa Bak sudah menyiapkan langkah – langkah antisipatif terkait ketatnya likuiditas valas. PT Bank Mandiri (Pasero) Tbk memprbaiki liquiis valasnya dengan pinjaman valas sebesar 500 juta Dollar AS. Direktur Stategi dan keuangan bank mandiri Pahala N Manyuri pernah enyampakan, dengan ketersediaan valas sebesar 1,5 Milyar Dollar AS,Bank Mandiri yakin akan tahan goncangan.
PT Bank Negara Indonesia (pasero) Tbk sudah menghentikan peminjaman Valas. Peminjaman Valas hanya diberikan untuk yang sudah menandatangani komitmen kredit.
Berdsarkan data BI, suplai valas perbankan sempat minus. Dana pihak ketiga valas sebesar RP 354,613 Trilyun pada juli 2011 turun menjadi 364,648 Trilyun pada Agustus 2011.
Ekonom BNI Ryan Kiryanto memaparkan, bank harus menjaga dana cadangan untuk mencukupi kebutuhan Valas. Sewaktu- waktu deposan mengambil simpanan valas, bank bisa memenuhi dengan seketika.
Sumber: Ekonomi dan perbankan. Kompas 29 November 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar