Blogger Backgrounds

Sabtu, 24 Desember 2011

Mereka yang Berhasil Mengambil Peluang Bisnis di Indonesia

Kelas menengah benar-benar tumbuh di Indonesia. Mereka membutuhkan berbagai produk dalam kehidupan mereka. Orang- orang kreatif dan bekerja keraslah yang bisa menangkap peluang ini.

Pemilik PT. Logic Inovation yang bergerak di bidang elektronik dan Teknologi Informasi. Ia bersama tiga orang lain mendirikan usaha tahun 2004 dan sempat berhenti tahun 2006 karena tidak ada proyek. Modal RP 100 juta untuk biaya oprasional di peroleh dari pinjaman dari seorang kawan. Selain itu, para pendiri masing-masing bermodal seperangkat komputer.

Baru pada tahun 2011 hingga kini ada banyak proyek terkait prangkat elektronik. Proyek terbesar di dapat dari PT KAI yang mengganti suku cadang alat-alatnya. Menurut Pemilik Perusahaan, sebagai bagian dari pemeliharaan, terkait dengan perkembangan daya tampung PT KAI, kebutuhan suku cadang juga meningkat. Oleh karena itu, kini PT Logic Inovation telah memiliki asset total RP 2 Milyar.

Misalnya wanita yang bernama Johanna sudah tiga tahun bergelut di design interior. Beliau sangat senang apabila melihat iklat tentang apartemen baru karena menurutnya, ia bakal mendapat klien baru, kata beliau yang mempromosikan desainnya lewat Facebook dan lewat mulut ke mulut. Menurutnya, ia hanya bermodal laptop dan meja gambar serta referensi desain yang banyak dan di unduh dari internet. Target pasarnya adalah pemilik apartemen dengan harga 275 juta- 500 juta.

Hingga kini, beliau bekerja sendiri dan hanya menggandeng kontraktor untuk mengerjakan desainnya. Namun, karena perkembangan bisnis, tahun 2012 ia akan mendirikan perusahaan agar bisa lebih berkonsentrasi di dunia desain. Estimasi biaya pemasaran bisa di serahkan kepada orang lain.

Bisnisnya memang 75 persen diisi dengan mendesain interior apartemen. Menurut dia, generasi pembeli apartemen itu umumnya eksekutif mudayang melek desain. Mereka umumnya alasan membeli apartemen karena kepraktisan kerja atau sekedar investasi. Ledakan bisnis apartemen di lihat Johanna sebagai pintu masuk untuk ia berbisnis. Pasalnya apartemen dengan ukuran keci itu membutuhkan furnitur yang sesuai keinginan konsumen. Gak mungkin beli yang gak ada di toko furniture.

Sosok Arief Yunara, sempat bekerja di Schalumberger selama 4 bulan di tahun 2001. Namun, hasratnya berwiraswasta lebih kuat. Gajinya selama empat bulan itu di tabung dan digunakan sebagai modal untuk membuat bengkel motor di Bandung. Bengkel itu tutup tahun 2007 karena beliau tidak fokus.

Tahun 2008 ia mulai berbisnis fasilitas pengolahaan air dengan seorang kawan.Arif yang lulusan Teknik Fisika di ITB menangani instrumentasi, sementara temannya yang lulusan Teknik Kimia di ITB menangani proses.

Ia masuk ke beberapa industri yang membutuhkan spesifikasi air tertentu, seperti peternakan atau farmasi.Beliau bercerita, walaupun tidak langsung percepatan ekonomi menunjang bisnisnya. Omzetnya meningkat 100 persen per tahun sejak tahun 2008. Saat ini beliau yang menamai perusahaannya PT Solusi Tirta Optima itu memiliki 6-7 klien per tahun.

Sumber: Info Ekonomi. Harian Kompas, 20 Desember 2011

Pemerintah menginginkan Kawasan Perbatasan Diminati Para Investor Domestik

Kawasan perbatasan yang selama ini di anggap sebelah mata mulai dilirik investor. Peran swata tersebut diharapkan dapat menggerakan ekonomi di perbatasan. Kendala Infrastruktur seharusnya menjadi fokus perhatian pemerintah untuk menarik minat investor.

Ketua Umum Kamar Dagang Industri Indonesia(KADIN) mengatakan, secara khusus KADIN telah menandatangani kerjasama dengan Badan Nasional Pengelola Perbatasan(BNPP). Tujuan kerjasama adalah mempromosikan wilayah perbatasan yang selama ini tertinggal. Selama setahun ini kami bekerja sama,sudah ada beberapa investasi yang masuk, menurut beliau.

Ketua KADIN mengatakan, investasi di perbatasan di proritaskan bagi pengusaha domestik. Ia berharap banyajk pengusaha lokal yang berkiprah di perbatasan. Potensi di perbatasan cukup banyak, seperti tambang, kelautan dan perkebunan. Jangan sampai direbut pengusaha asing, menurut beliau.

Deputi BNPP mengatakan, Indonesia memiliki tiga perbatasan darat, yakni dengan Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste. Perbatasan tersebut berada di 12 Provinsi, 38 Kabupaten dan 111 Kecamatan. Dari kajian sementara ada 111 lokasi yang strategis yang berpotensi menjadi pusat ekonomi selama lima tahun ke depan. Dari semua lokasi tersebut, pemerintah memprioritaskan 8 lokasi, seperti Entikong, Sintang, Sebatik, dan Badau di Pulau Kalimantan dan Kepulauan Riau.

Menurut dia beberapa investasi yang sudah masuk adalah investasi jalan sepanjang 90 kilometer dan investasi tambang di Sintang sebesar RP 5 Triliunserta pembangunan pelabuhan daratan di Entikongsenilai 100 Milyar. Tang sedang dijajaki investor adalah Nusa Tenggara Timur dan Papaua

Selain kendala infrastruktur, hambatan lainya adalah koordinasi buruk antara lembaga. Saat ini, ada 29 Kementrian/lembaga yang mengurus daerah perbatasan. Namun karena koordinasi yang buruk, sering terjadi tumpang tindih kebijakan.

Wakil Ketua Umum KADIN wilayah tengah mengtakan, potensi ekonomi di perbatasan selama ini kurang tersosialisasi. Di Kalimantan, misalnya, potensi tambang dan perkebunannya luar biasa. Kalau banyak investasi yang masuk, maka kesenjangan masyarakat di perbatasan bisa dikurangi, menurutnya. Kadsin menghimbau para pengusaha agar banyak berkiprah di perbatasan wilayah Indonesia.

Sumber: Info Ekonomi Investasi. Harian Kompas, 24 Desember 2011

Jumat, 23 Desember 2011

Kelas Menengah Belum Menjadi Strategi Bisnis

Keberadaan kelas menengah belum menjadi bagian dari strategi pembangunan. Pembangunan seharusnya menyebut tujuannya adalah menciptakan kelas menengah yang produktif. Mereka memiliki kreatvitas yang besar. Untuk itu, pemerintah harus melakiukan transformasi agar mereka produktif .

Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, di Jakarta, menegaskan, berbeda dengan negara-negara maju yang jelas menyebutkan bahwa tujuan pembangunan mereka untuk menciptakan masyarakat yang solid dan produktif. Indonesia tidak demikian.

Jadi, wajar terjadi ketimpangan karena kelompok berpenghasilan kecil belum diberi keberpihakan yang kuat.

Mengenai penyebab di perkotaan, menurutnya, tata kota tidak dirancang untuk pembentukan kelas menengah yang naik dari bawah. Tata kota dirancang untuk orang kaya atau orang yang kompetitif. Di Negara yang berpihak pada kelas menengah, pertumbuhan bagi buruh di bangun di tengah kota, sedangkan untuk orang kaya di daerah pinggiran.

Kita sebaliknya. Akibatnya, buruh hanya bisa tinggal di tepi kota atau bersama keluarga besar di perkampungan kota yang kumuh atau rumah kontrakan yang sempit.

Buruh yang bekerja di jakarta, Tanggerang dan sekitarnya harus tinggal di Karawang, Depok dan kota pinggiran lainnya sehingga gaji habis dengan transportasi dan makan siang. Upah tidak cukup untuk pendidkan dan hiburan yang memadai.

Kebijakan pembangunan perumahan diarahkan bukan untuk kaum miskin. Akibatnya, harga rumah 50 juta keatas tak terjangkau mereka. Seharusnya ada kebijakan pembiayaan yang lebih kreatif.

Di pedesaan, masyarakat kelas bawah sulit naik kelas karena, antara lain, sektor pertanian terpuruk. Subsidi tidak di arahkan untuk petani, tapi di berikan kepada para eksekutif melalui pabrik pupuk, pestisida, birokrasi, koprasi dan lain-lain.

Sumber: Info Ekonomi. Harian Kompas, 23 Desember 2011

Perkuat Pasar Domestik dan Disversifikasi Tujuan

Krisis Ekonomi di Eropa dan Amerika Serikatakan menekan kinerja ekspor Indonesia. Tahun 2012, pertumbuhan ekspor diprediksi hanya berkisar 6 persen, turun dibandingkan tahun ini yang diproyeksikan tumbuh hingga 16 persen. Penguatan pasar Domestik menjadi salah satu solusi selain Diveresvikasi tujuan Ekspor.

Pemerintah mungkin masih optimis dengan pertumbuhan ekspor di level 14-15 persen. Namun, LIPi memeprediksi pertumbuhan ekspor di tahun depan hanLIPi memeprediksi pertumbuhan ekspor di tahun depan hanya di level 6 persen¸menurut peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia( LIPI), saat menyampaikan hasil kajian LIPI di Jakarta.

Mereka mengatakan, ekspor tahun 2012 di proyeksikan mencapai RP 210,4 triliyun, yang terdiri ekspor migas 39,1 trilyun dan nonmigas 171,3 triliun. Tahun ini hingga November, total ekspor tercatat 198,5 triliun.

Slah satu pemicunya adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Setiap penurunan 1 persen akan berdampak pada penurunan ekspor Indonesia sebesar 0,69 persen. Perlambatan ekonomi di negara mitra juga berpengaruh. Apabila ekonomi Eropa turun 1 persen ekspor kita berkontraksi sebesar 1,03 persen.

Peneliti ekonomi LIPI juga mengatakan, untuk mengantisipasi hal itu pemerintah, harus mempersiapkan pasar domestik agar lebih banyak menyerap produksi dalam negri.

Di tengah arus Globalisasi saat ini, nasionalisme menjadi kunci untuk menumbuhkan kesadaran konsumsi produk- produk dalam negeri, menurutnya.

Secara terpisah Wkil Mentri Perdagangan mengatakan, pasar domestik yang kuat adalah yang tahan terhadap guncangan internal dan eksternal, yang diisi sebanyak- banyaknya produk dalam negri.

Produk dalam negeri harus menjadi raja di negeri sendiri, Menurut Wakil Mentri Perdagangan.

Penguatan pasar domestik, tuturnya, juga terkait dengan upaya perlindungan dan kepedulian kita terhadap konsumen. Lonjakan impor memang harus di waspadai, tetapi yang jauh lebih penting adalah meningkatkan perlindungan terhadap konsumen dengan memproduksi barang-barang yang menjamin kenyamanan konsumen.

Dengan jumlah penduduk 240 juta jiwa, pasar domestik Indonesia sangat menggiurkan. Tahun 2010, permintaan produk konsumsi dalam negri RP 3.400 Triliun Tahun depan akan tumbuh dengan 275 triliun.

Sebelumnya, Organanisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengurangi proyeksi pertumbuhan ekpor dunia tahun 2011 sebesar 5,8 persen dari estimasi sebelumnya 6,5 persen.

Ekspor Negara maju sekarang di perkirakanakan meningkat sebesar 3,7 persen daripada 4,5 persen dan negara-negara berkembang sebesar 8,5 persen, bukan 9,5 persen.

Kelompok G-20 juga sepakat agar negara-negara mendorong petumbuhan ekonomi global melalui peningkatan konsumsi Domestik di setiap Negara. Selama ini, negara yang perekonomiannya bergantung pada ekspor di nilai rentan terhadap imbas krisis global.

Sumber: Info Ekonomi. Harian Kompas, 23 Desember 2011

Perdagangan di Laut Merusak

Pasokan ikan ke Industri pengolahan Terganggu

Perdagangan ikan di tengah laut masih berlangsung dari nelayan kepada pedagang pengepul. Transaksi tak terkontrol itu menyebabkan tangkapan ikan yang di daratkan di pelabuhan merosot, pasokan bahan baku ke pengolahan juga terhambat, dan merugikan negara.

Kondisi itu ditemukan dalam penelusuran di Pantai Utara Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur selama dua pekan. Praktik penjualan ikan oleh nelam penelusuran di Pantai Utara Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur selama dua pekan. Praktik penjualan ikan oleh nelayan kepada pedagang di tengah laut(transshipment) antaralain berlangsung di Kabupaten Lamongan, Jawa Tengah.

Di Tempat Pelelangan Ikan di Brondong, Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondang, Lamongan, sejumlah pengepul ikan mengaku mendapat pasokan ikan layang dari nelayan di tengah laut. Pengepul memanfaatkan jasa nela. Pengepul memanfaatkan jasa nelayan gendong yang membeli ikan dari kapal nelayan Pekalongan.

Pedagang ikan di TPI Brondong, mengungkapkan, sebagian ikan yang dijual saat ini di ambil dari hasil pembelian ikan di tengah lautdari nelayan jaring purseseine. Transaksi perdagangan itu menguntungkan kedua pihak, baik nelayan maupun pedagang. Sistem penyimpanan ikan dengan es mengakibatkan kualitas ikan merosot jika tidak segera dijual.

Ikan layang yang dijual dari nelayan gendong di jual oleh pedagang pada kisaran harga RP 6.000-RP 8.000 per kilogram. Ikan tersebut umumnya sudah di simpan selama 2-4 hari tanpa es memadai.

Ikan ini umumnya dibeli oleh pengusaha pemindang lokal, menurut pedagang ikan disana.

Pengepul ikan di TPI Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, menuturkan, penjualan ikan ditengah laut masih kerap dilakukan nelayan di Pekalongan. Penjualan ikan yang dilakukan nelayan di tengah laut mengakibatkan pasokan ikan untuk kebutuhan wilYh sendiri jadi berkurang, menurut sang pengepul ikan itu.

Merugikan Negara

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, KAB. Batang mengakui bahwa praktik perdagangan ikan tengah laut masih berlangsung, khususnya nelayan purse shine yang melaut berbulan-bulan sampai ke selat Makassar dan Bitung Sulawesi Utara.

Adapun sarana penyimpanan ikan masih mengandalkan es karena kapal belum dilengkapi rumah pendingin. Padahal daya tahan es untuk menyimpan hanya 20 hari.

Mekanisme pasar tidak terkontrol itu, merugikan negara karena ikan yang ditangkap nelayan tidak di daratkan di Pelabuhan perikanan sehingga hasil tangkapan ikan tidak terdata dan fungsi pelelangan ikan tidak optimal.

Perdagangan di tengah laut yang di biarkan akan merugikan Pemerintah dan konsumen karena pasokan ikan sedikit.

Sumber: Harian Kompas, 20 Desember 2011. Tentang Ekonomi Perdagangan