Bisnis Mancanegara
Di Mall dan beberapa sentra perbelanjaan di pusat kota Moskwa, Rusia, di jumpai sejumlah makanan ringan produk Indonesia. Ada biskuit Regal, Malkis dan belasan produk kacang Garuda food, permen, kerupuk dari Siduoarjo, kopi dari dari Toraja dan sebagainya. Hal yang sama di temukan di kawasan Pudong dan Debun, Shanghai. Ada pula d sejumlah kota d India, Hongkong, Singapora, dan Malaysia.
Hal yang amat menarik. Banyak jenis makanan ringan dan minuman dari Eropa, Cina, Jepang, Taiwan, Vietnam dan Timur Tengah, tetapi produk-produk usahawan Indonesia mampu menerobos hingga jauh ke pedalaman sejumlah negara.
Mengapa bisa menembus sejumlah negara? Para produsen rajin memasarkan dan menghkomunikasikan produknya ke negara lain. Sejumlah produsen, seperti Garuda food dan Mayora, bahkan memasang orangnya di sejumlah kota d beberapa negara yang banyak pendudukn ya. Dan miliaran rupiah di keluarkan untuk memasarkan produk di panggung negara sahabat. Jangan kaget, omzet sebuah produk makanan camilan di tiga negara bagian India mencapai hampir Rp 25 miliar per tahun. Bukan angka yang besar untuk sebuah perusahaan raksasa, apalagi kalau bertarung d pentas dunia.
Namun perlu melihat dengan bijak. Ini baru di India, bagaaimana dengan ekspansi di Asia Tenaggara, Asia Timur, Afrika, Eropa, Amerika Serikat. Yang menarik, menurut cerita para eksekitif Garudafood, saat ini mereka tidak mampu menumbus pasar begitu banyak negara, di lima benua. Mereka hanya masuk di duapuluhan negara, selebihnya saudagar luar negeri datang ke Indonesia dan beli sendiri di Pati, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makasar, dan Padang.
Selain produk makanan, produk kerajinan tangan juga terlihat di sejumlah negara. Bahkan minyak gosok cap Tawon dan minyak kayu putih bisa di temukan di Frankurt, Amsterdam, Shanghai, Hongkong, Singapura, Kuala Lumpur dan New York.
Kendati belum merupakan keadaan mutlak, ini sebuah indikasi kecil bahwa produk-produk Indonesia mampu bersaing di wilayah kompetotif dunia. Masalahnhya perlu ada elan dan energi ynag jauh lebih besar untuk membuat produk lebih massal agar lebih menyebar jauh ke pedalaman banyak negara. Pemarintah melalui keduataan konsulat dan jaringan di luar negeri bisa membantu.
Cina bisa menjadi raksasa ekonami ke dua terbesar di dunia karena ada segenap tenaga besar yang bekerja. Ada koordinasi dan dukungan kuat dari rezim yang berkuasa. Para industriawan Cina pun tidak main-main dalam bekerja. Mereka memiliki kultur nisnis yang kuat. Etos kerja, kreasi dan disiplin yang luar biasa. Hasilnya prosuk mereka akan ada di seluruh pasar sejagat. Usahawan dan jug aketua umum Asosiasi Pengusaha Indoensia mengatakana memang membanggakan kalau prosuk makanan ringan Indonesia mampu menembus pasar di sejumlah negara. Mampu masuk pasar luar negeri berati di dalam pasar negeri produsen tersebut sudah unggul.
Akan tetapi beliau mengingatkan, para produsen Indonesia, harus bekerja jauh lebih keras dan kreatif karena kenyataanya pasar dalam negeri tidak kuat, mudah di tembus produsen luar negeri. Coba kita masuk ke pusat perbelanjaan besar dan kecil di sejumlah kota. Kita akan banyak menemukan produk Cina, Malaysia, Hongkong, dan Jepang. Malaysia bahkan mampu menjadikan Indoensia sebagai pasar utama. Menurut data 37% ekspor makanan asal Indoensia masuk ke Indonesia. Kelas menengah Indonesia kini 60 juta jiwa. Otomatis indonesia menjasi pasar yang sangat subur.
Sumber:
Ekonomi Perdagangan. Kompas Kamis, 15 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar