Blogger Backgrounds

Sabtu, 28 April 2012

Ketidakpastian terus dorong inflasi


Tulisan
Nama: Agnestasia
Kelas : 1EB21
NPM: 20211323
 Ketidakpastian Terus Dorong Inflasi

Pemerintah mengakui, ketidakpastian harga pada bahan bakar minyak mendorong ekspektasi inflasi. Untuk mencegah ekspektasi inflasi tersebut, pemerintah dapat memastikan harga BBM bersubsidi tidak akan naik sampai dengan akhir tahun karena memiliki cadangan fiskal untuk pembengkakan subsidi. Namun, hal itu perlu dikombinasikan program pembatasan dan penghematan guna menahan laju pembengkakan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi.
Menteri Keuangan, di Jakarta mengakui ada ketidakpastian akibat belum ada keputusan harga BBM bersubsidi. Hal itu karena menaikkan harga sepenuhnya bergantung pada harga minyak dunia. Berdasarkan Pasal 7 ayat 6a Undang-undang APBN 2012, pemerintah hanya memilikikewenangan menaikkan harga BBM manakala rata-rata harga jual minyak Indonesia dalam 6 bulan terakhir d atas 15% dari asumsi. Jika asumsi ICP sebesar 105 Dollar Amerika Serikatper barrel, ruang untuk menaikkan harga tersedia jika rata-rata ICP enam bulan terakhir lebih sari 120,75 Dollar AS per barel. “ Tetapi kalau waktunya tidak pasti karena kondisi yang harus dicapai, itu akan membuat pasar selalu mempunyai ekspetasi akan ada kenaikan harga BBM hal itu yang akan membuat inflasi.Menurut MENKEU
Rentang antara tingginya ICP dan dan harga BBM bersubsidi yang tetap harga per liternya karena pemerintah tak memiliki ruang menyesuaikan harga secara langsung membuat subsidi BBM dan listrik akan membengkak. Subsidi BBM di anggarkan 137 Trilyun untuk volume 40 juta kiloliter. Kalaupun jebol, kelebihannya diharapkan hanya 2 juta kili liter. Jika BBM tidak naik maka defisit APBN akan naik mencapai 2,6 % dari produk domestik bruto, atau setara dengan Rp 221, 9 Trilyun rupiah. Karena itu Presiden SBY akan mengumumkan program penghematan bulai Mei.
Sekertaris Ekonomi Nasional menyarankan, pemerintah agar mengumumkan harga BBM bersubsidi tidak naik hingga akhir tahun. Pilihan itu yang terbaik untuk saat ini. Program penghematan, naiknya penerimaan negara akibat ICP, dan adanya cadangan fiskal, menurut Aviliani, jika di kombinasikan dengan baik, akan mampu menutupi jebolnya kuota. “Ketidakpastian pada pasar tidak baik. Disamping adanya ekspektasi inflasi, investor di sektor finansial akan memilih bersikap menunggu.

Sumber: Harian Kompas Sabtu, 28 April 2012   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar