Tulisan
Nama: Agnestasia
Kelas : 1EB21
NPM: 20211323
Ketidakpastian Terus Dorong Inflasi
Pemerintah mengakui, ketidakpastian harga pada bahan
bakar minyak mendorong ekspektasi inflasi. Untuk mencegah ekspektasi inflasi
tersebut, pemerintah dapat memastikan harga BBM bersubsidi tidak akan naik
sampai dengan akhir tahun karena memiliki cadangan fiskal untuk pembengkakan
subsidi. Namun, hal itu perlu dikombinasikan program pembatasan dan penghematan
guna menahan laju pembengkakan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi.
Menteri Keuangan, di
Jakarta mengakui ada ketidakpastian akibat belum ada keputusan harga BBM
bersubsidi. Hal itu karena menaikkan harga sepenuhnya bergantung pada harga
minyak dunia. Berdasarkan Pasal 7 ayat 6a Undang-undang APBN 2012, pemerintah
hanya memilikikewenangan menaikkan harga BBM manakala rata-rata harga jual
minyak Indonesia dalam 6 bulan terakhir d
atas 15% dari asumsi. Jika asumsi ICP sebesar 105 Dollar Amerika Serikatper
barrel, ruang untuk menaikkan harga tersedia jika rata-rata ICP enam bulan
terakhir lebih sari 120,75 Dollar AS per barel. “ Tetapi kalau waktunya tidak
pasti karena kondisi yang harus dicapai, itu akan membuat pasar selalu
mempunyai ekspetasi akan ada kenaikan harga BBM hal itu yang akan membuat
inflasi.Menurut MENKEU
Rentang antara
tingginya ICP dan dan harga BBM bersubsidi yang tetap harga per liternya karena
pemerintah tak memiliki ruang menyesuaikan harga secara langsung membuat
subsidi BBM dan listrik akan membengkak. Subsidi BBM di anggarkan 137 Trilyun
untuk volume 40 juta kiloliter. Kalaupun jebol, kelebihannya diharapkan hanya 2
juta kili liter. Jika BBM tidak naik maka defisit APBN akan naik mencapai 2,6 %
dari produk domestik bruto, atau setara dengan Rp 221, 9 Trilyun rupiah. Karena
itu Presiden SBY akan mengumumkan program penghematan bulai Mei.
Sekertaris Ekonomi
Nasional menyarankan, pemerintah agar mengumumkan harga BBM bersubsidi tidak
naik hingga akhir tahun. Pilihan itu yang terbaik untuk saat ini. Program
penghematan, naiknya penerimaan negara akibat ICP, dan adanya cadangan fiskal,
menurut Aviliani, jika di kombinasikan dengan baik, akan mampu menutupi
jebolnya kuota. “Ketidakpastian pada pasar tidak baik. Disamping adanya
ekspektasi inflasi, investor di sektor finansial akan memilih bersikap
menunggu.
Sumber: Harian Kompas
Sabtu, 28 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar